BNN kembali melakukan pemusnahan barang bukti hasil tindak pidana Narkotika, hasil dari pengungkapan empat kasus Narkoba yang melibatkan jaringan asal Malaysia, jaringan asal Hongkong, serta modus penyelendupan alat pijat elektronik berisi sabu.
Dari keempat kasus tersebut, petugas mengamankan 9.358,9 gram sabu dan 4.958 butir pil ekstasi. Sebelum dilakukan pemusnahan, disisihkan 52 gram sabu dan 3 butir ekstasi untuk pembuktian perkara dan uji laboratorium. Total barang bukti yang dimusnahkan adalah 9.306,9 gram sabu dan 4.955 butir pil ekstasi.
Mantan napi berinisial J (DPO) seolah tak jera dengan hukuman yang telah dijalani sebelumnya. J kembali terlibat kasus Narkoba dengan meminta keponakannya, A (Anas) untuk mengambil paket kiriman Narkoba dari Pontianak di sebuah Perusahaan Jasa Titipan (PJT) di Jalan Malabar, Bandar Lampung.
Kemudian petugas BNN berhasil mengamankan A, Senin (17/2), sesaat setelah mengambil paket berisi 4.958 butir pil ekstasi tersebut. Dari keterangan A, ia telah enam kali melakukan hal serupa dan A mengaku melakukan hal tersebut atas perintah J, pamannya yang baru bebas Desember 2012 lalu karena kasus Narkoba.
Kasus lainnya adalah terungkapnya jaringan sabu asal Malaysia yang melibatkan empat orang tersangka yakni R (Rustam), I (Irwan), D (Dedie) dan A (Agus). Keempatnya diamankan petugas dengan total barang bukti sebanyak 4 kilo gram sabu yang mereka bawa dari Malaysia.
Mereka menyelundupkan sabu tersebut melalui Pulau Sebatik dan membawanya ke Kota Samarinda, Kalimantan Timur. Sesampainya disana sabu tersebut diserahkan kepada boss mereka, seorang pria kaya berinisial (SU). Kepada petugas para tersangka mengaku pernah melakukan hal serupa sebelumnya. Selama menjadi bagian dari sindikat, A dan para kurirnya mendapatkan upah besar (± 10 s/d 100 juta) serta apartemen mewah.
Berikutnya adalah kasus yang melibatkan TKW asal Indonesia berinisial SK (Siti Kamidah). Berbekal Rp. 3 juta, SK diperintah H (DPO) terbang dari Hongkong menuju Indonesia untuk mengambil sebuah paket di Gudang Kargo, Kantor Pos Bandara Soekarno-Hatta. Setibanya di Jakarta, Kamis (20/2), SK mengambil paket yang sebelumnya telah diperiksa dan diketahui berisi dua buah alat pijat elektronik. Pada kedua alat pijat tersebut ditemukan enam bungkus sabu kristal dengan berat total 2.094,7 gram.
Petugas melakukan pengembangan dan berhasil mengamankan dua orang laki-laki berinisial AR (Arif Rachman) dan AQ (Achmad Qozali). Tak lama setelah para tersangka diamankan, sebuah paket kiriman serupa yang ditujukan kepada SK datang dari Hongkong. Paket tersebut berisi 2 (dua) buah mesin pijat elektronik yang didalamnya terdapat Narkotika jenis sabu dengan berat total mencapai 1.167,8 gram. Sehingga jumlah barang bukti sabu yang disita pada kasus ini adalah sebanyak 3.262,5 gram. (realese bnn)
Modus penyelundupan menggunakan alat pijat elektronik juga terjadi di Bandara Internasional Kuala Namu, Medan. Petugas Cargo Bandara Kuala Namu berhasil mengamankan sebuah paket berisi alat pijat elektronik yang didalamnya terdapat sabu seberat 2.096,4 gram. Bekerjasama dengan BNN, petugas melakukan control delivery dan berhasil mengamankan ZA als JU (Zuliansyah als Juli, 26 Th), Senin (24/2).
ZA mengaku paket tersebut akan diserahkan kepada MA (Maria Alfiati) als AME di kantor RPTC (Rumah Perlindungan Trauma Center), Jl. TMII III, Bambu Apus, Cipayung, Jakarta Timur. Petugas juga mengamankan tersangka lainnya berinisial WN yang datang menemu MA bersama ZA.
Seluruh tersangka kini berada di Kantor BNN Cawang untuk diproses lebih lanjut. Atas perbuatannya, para tersangka terancam pasal berlapis Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika dengan ancaman hukuman maksimal semumur hidup atau pidana mati. (sumber: bnn.go.id))