Kamis. 16 Januari 2014, JAKARTA – Sebagai kelompok dengan tingkat kerentanan penyalahgunaan narkoba yang cukup tinggi, pelajar memang harus mendapat perhatian khusus dalam porsi penanganan narkoba. Bukan hanya dikarenakan kelompok usia ini memang terkenal sangat mudah tebawa dalam arus tekanan kelompok sebaya, namun lebih jauh, ketahanan dan eksistensi bangsa ke depan berada di tangan para pelajar saat ini.
Hal ini cukup disadari oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) yang pada beberapa tahun belakangan ini tidak pernah melepas kelompok pelajar sebagai sasaran upaya pencegahan. Kepala Subdit Masyarakat BNN, Siti Alfiasih menyatakan hal ini disela penyelenggaraan simposium kader anti narkoba bai pelajar di wilayah Tangerang, Kamis (16/01).
“Semua kelompok masyarakat memiliki resiko tersendiri terkait potensi penyalahgunaan narkoba. Namun karakter khusus pelajar, menuntut kita agar dapat melakukan module pencegahan yang sejalan dengan tren yang digemari oleh para pelajar,” ujarnya.
Siti sendiri, memiliki harapan yang tinggi terhadap para pelajar yang dikumpulkannya. Dari kegiatan-kegiatan ini, akan dilakukan evaluasi dan seleksi untuk menjadi duta narkoba. Para duta ini akan mendapat pelatihan tersendiri sehingga akan memiliki kemampuan untuk berperan di masyarakat.
Firdha Aisyah, siswa Madrasah Aliyah yang hadir sebagai peserta di simposium ini, menyampaikan harapannya, untuk dapat menjadi duta anti narkoba BNN. Keinginannya untuk terjun menjadi relawan ini tidak terlepas dari kepeduliannya atas korban narkoba. Pengalaman melihat mereka yang terjatuh dalam kecanduan narkoba cukup membangkitkan keinginan untuk membantu,“Kalau tidak kita siapa lagi, para pelajar juga harus bisa menjadi purpose indication positif bagi teman sebayanya. Kasihan teman-teman kita yang kemudian tersesat karena mendapatkan pemahaman yang salah soal narkoba,” ujar Firdha.
Mengenai pemahaman yang salah ini juga menjadi perhatian dari Firmansyah, salah seorang aktifis pemerhati perkembangan remaja dari lembaga Sahabat S. Menurutnya, tren media informasi yang cenderung menampilkan tokoh-tokoh idola remaja yang diasosiasikan dengan penyalahgunaan narkoba, harus diluruskan agar jangan memicu keinginan para remaja untuk mencoba.
“Di Sahabat S, kami berupaya memfasilitasi penyaluran bakat seni remaja. Namun kami juga memberi penekanan untuk pola hidup sehat dan ability building. Ini sangat penting untuk menumbuhkan kemampuan remaja dalam menolak narkoba,” ujarnya.
Lebih lanjut ia berharap agar module ini dapat berjalan secara berkesinambungan, karena remaja merupakan satu fase dengan pelaku yang berbeda-beda. Hal ini juga senada dengan kebijakan yang diemban oleh BNN sebagaimana ditegaskan oleh Siti Alfiasih. Ia menjelaskan bahwa sebagian besar dari peserta telah mendapat sosialisasi di tahun sebelumnya,“Ini merupakan kelanjutan dari kegiatan yang telah dilaksanakan. Namun untuk menjadi seorang duta dan relawan harus lebih dibekali, karena bisa saja mereka akan bertemu baik dengan yang belum maupun yang sudah menggunakan. Jangan sampai malah terbawa,” ujarnya. (pas)