BANDA ACEH – Program PELAKSANAAN Grand Design Alternative Development (GDAD) di Provinsi Aceh telah memasukkan tahun dari 10 tahun yang dimaksud (2016-2025). Banyak agenda yang telah dilaksanakan oleh BNNP Aceh dalam rangka menyukseskan kegiatan GDAD yang dipelopori oleh BNN RI sebagai proyek percontohan nasional di Indonesia.
BNNP Aceh sebagai wilayah Proyek Percontohan Nasional BNN RI senantiasa mendampingi BNN RI dalam hal ini diwakili oleh ke-Deputi-an Dayamas melakukan data data awal dilapangan, diskusi kelompok fokus, dialog membangun sinergitas dan rapat koordinasi dengan stakeholder di Provinsi Aceh.
Program GDAD di Provinsi Aceh yang di desain adalah program khusus untuk mengubah dan mengubah tanaman menjadi tanaman produktif dan mengubah penanam ganja menjadi petani produksi unggulan diberbagai sektor pertanian.
Kondisi yang diharapkan dengan munculnya GDAD 2016-2025 ini adalah terwujudnya Aceh yang bersih dari produksi ganja dan sejahtera. Melalui GDAD ini, BNN, K / L, Pemerintah Aceh, dunia usaha dan komponen dapat bersinergi dalam pengembangan sosial budaya, menegakkan lingkungan dan ketertiban, menjaga lingkungan dan hutan serta meningkatkan ketahanan pangan dan membangun agrowisata di Provinsi Aceh, khususnya di tiga kabupaten sebagai proyek percontohan GDAD.
Menurut Deputi Pemberdayaan Masyarakat BNN RI Irjen Pol. Dunan Ismail Isja, MM dengan dikeluarkan Inpres No 6 tahun 2018 Tentang Rencana Aksi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan, Penyiaran dan Peredaraan Gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika, merupakan dorongan tenaga baru untuk penumpasan narkoba di Indonesia, termasuk juga lembaga pendidikan, provinsi dan kabupaten untuk Aktif dalam Pencegahan dan Pemberantasan, Penyiaran dan Peredaraan Gelap Narkoba (P4GN), dan sudah ada rencana aksi 2018 hingga 2019 yang akan disampaikan ke kementerian lembaga.
Nanti akan dievaluasi dan melaporkan ke Presiden dengan koordinasi Kemenpolhumkam. “Akhir tahun ini akan ada aksi dan evaluasi. Semua kementerian lembaga dilibatkan dan ini energi yang cukup besar untuk menumpaskan narkoba di Indonesia, ”katanya.
Terkait daerah Aceh yang dijadikan sebagai proyek percontohan BNN dalam GDAD, Irjen Pol. Dunan mengatakan GDAD yang mengajak masyarakat di beberapa wilayah di Aceh Besar, Gayo Lues, Bireuen, termasuk di Pidie yang GDAD secara mandiri untuk beralihkan yang dulu tanam ganja ke tanaman lain seperti jagung, kopi atua tanaman lain.
“Seluruh kementerian lembaga dapat membantu GDAD dengan berbagai program dan menjadi motor, dan program ini untuk menggerakkan masyarakat seperti di Pidie,” katanya.
Provinsi Dukung
Plt Gubernur Aceh, Nova Iriansyah sebutkan, untuk membahas masalah narkotika di Indonesia pada umumnya, dan khususnya di Aceh dan juga diperlukan program alternatif Pembangunan Alternatif yang disusun dalam sebuah alternatif Grand Design Alternative Development yang bertujuan untuk mengubah tanaman narkotika dan mengubah profesi penanam ganja menjadi petani dalam produksi unggulan.
“Karena kesalahan produksi secara bertahap dan multidimensi merugikan bangsa, baik secara fisik, psikis, sosial, ekonomi, budaya, dan ketahanan bangsa,” ujar Nova beberapa tahun lalu.
Menurutnya, menghindari dan menghadang ganja dari Aceh untuk tidak menyebar ke seluruh Indonesia akibat produksi dan berlaku ganja di mana-mana.
Pemerintah Aceh dengan program Aceh Troe dan Aceh Meugoe sangat konsen pada upaya mensejahterakan masyarakat melalui pertanian dan perkebunan, Masyarakat untuk membina Masyarakat yang selama ini terlibat dalam penanaman akan dibimbing untuk menanam tanaman lain yang produktif, halal dan menjanjikan secara ekonomi.
Karena itu diakui gubernur, tujuan dari Grand Desain Alternatif Pembangunan (GDAD) adalah mengentaskan produksi ganja di provinsi Aceh terutama di tiga Kabupaten di Aceh sebagai daerah paling banyak ditemukan ladang ganja.
“Program fokus ini terdapat di tiga wilayah, masing-masing Kabupaten Aceh Besar, Kabupaten Gayo Lues dan Kabupaten Bireuen, karena tiga daerah inilah yang paling banyak ditemukan tanaman ganjanya,” lanjutnya lagi.
AD Hilangkan Tanaman Ganja
Bupati Gayo Lues, H Muhammad Amru Memenuhi dengan adanya program Pengembangan Alternatif yang di pusatkan di Gampong Agusen, Gayo Lues. Wilayah tersebut merupakan salah satu daerah penghasil ganja.
Saat ini ada sekitar 900 orang masyarakat Gayo Lues yang ditemukan karena kasus narkotika dan 1.800 orang yang menjadi buron. Dengan adanya program Pengembangan Alternatif ini diharapkan agar penanaman ganja di Aceh dapat dihilangkan. Masyarakat memberikan pemahaman tentang pembuatan alternatif untuk pertanian dan tanaman agar dapat meningkatkan nilai ekonomi masyarakat.
Ia juga terima kasih pada Kementerian Pertanian telah mengalokasikan kegiatan di Kabupaten Gayo Lues berupa jagung hibrida 2.050 ha dan padi gogo seluas 310 ha, intensifikasi kopi 200 ha dan peremajaan kopi 400 ha, pengembangan cabe merah 25 ha dan bawang putih 10 ha.
Sambut Baik
Bupati Aceh Besar, Mawardi Ali, juga berbaik hati kegiatan Pengembangan Alternatif dan mendukung program pengembangan alternatif untuk pengalihan penanaman ganja ke tanaman produktif lainnya.
“Program ini merupakan upaya pemerintah memberantas narkotika, khususnya ganja di Aceh Besar. Sebab narkotika dan obat terlarang lainnya merupakan dasar bagi masa depan bangsa, ”kata Mawardi.
Ia juga mengatakan pemerintah juga telah mengadakan berbagai program yang mendukung dengan kegiatan Pengembangan Alternatif berjalan maksimal.
Panen Jagung, Hasil AD
Yaitu di Kabupaten Bireuen Program GDAD dibeberapa desa telah menunjukkan hasil yang mengembirakan, di mana kelompok tani yang digunakan untuk melaksanakan program GDAD. Seperti di Desa Meunasah Bungo, Kecamatan Peudada, telah melakukan berbagai proyek percontohan.
Dan berdasarkan pantauan, komoditi alternatif tanaman jagung yang telah mencapai 80 persen dari total tanaman yang tumbuh dan berkembang dengan baik dan hasil panennya telah ditampung oleh BUMG dengan standar harga yang disesuaikan dengan harga pasaran.
Menurut Plt Kepala Bappeda Bireun, Khairum Hafiz, para petani saat ini sedang melakukan pendaftaran kembali untuk persiapan pertumbuhan komoditi alternatif II yang akan dilakukan pada awal bulan September 2018.
Lahan yang kurang cocok untuk ditanami tanaman jagung akan digunakan sebagai tempat makan yang terintegrasi oleh Kelompok Tani dan Pemuda Lokal. Disamping itu juga akan dilakukan penanaman komoditi tanaman alternatif seperti tanaman jagung.
“Masyarakat di desa-desa itu, saat ini adalah cara-cara gaguh kambing dan bikin janggut, mengatasi serangan hama terutama babi hutan,” katanya.
GDAD Pidie Mandiri
Hal yang berbeda dilakukan di Kabupaten Pidie dalam melakukan Pengembangan Alternatif dengan mandiri atau dengan kata lain untuk kegiatan yang dilakukan tanpa campur tangan dari BNN Pusat juga dari kementerian lembaga dan provinsi.
“Ini yang kami butuhkan dalam memberantasan narkoba di Aceh. Kabupaten mau berusaha sendiri untuk kegiatan dan program Pengembangan Alternatif, ”kata Deputi Pemberdayaan Masyarakat BNN RI Irjen Pol. Drs. Dunan Ismail Isja MM.
#stopnarkoba
#acehstopnarkoba
#humasbnnpaceh