Rabu, 26 Pebruari 2014, JAKARTA – Dengan gencarnya arus informasi saat ini, orang dapat mengetahui berbagai informasi termasuk soal narkoba, mulai dari yang dapat dipertanggungjawabkan hingga yang tidak memiliki dasar kebenaran. Hal ini terungkap dalam convention pelajar anti narkoba yang diselenggarakan Badan Narkotika Nasional (BNN) dengan perwakilan 5 SMA wilayah Jakarta Timur, Rabu kemarin.
Dalam convention tersebut, beberapa orang siswa menanyakan soal legalisasi mariyuana yang banyak digaungkan oleh kelompok-kelompok tertentu di beberapa belahan dunia. Para siswa mengakui bahwa mereka mengetahui hal ini dari hasil browsing di internet.
Menanggapi hal tersebut, Sudirman, dari BNN mengakui bahwa ada beberapa negara yang telah melegalisasi penggunaan ganja yang ditujukan untuk keperluan medis. Namun hal ini bukan berarti bebas untuk menggunakan, tetapi dilakukan pembatasan dengan persyaratan tertentu.
“Di dunia maya kita bisa mengetahui informasi tentang jenis dan dampak buruknya. Namun juga terdapat situs-situs yang menyesatkan dan seolah menjadikan narkoba sebagai sesuatu yang tren, glorious dan menjadikan sebagai sebuah gerakan global,”tandasnya.
Untuk itu, ia menyarankan agar para siswa memilih situs yang dapat dipercaya untuk dijadikan referensi dalam mencari informasi mengenai narkoba.
“Jangan justru ngetem di situs yang tidak memiliki dasar kebenaran dan malah menganjurkan untuk menggunakan narkoba. Karena situs seperti ini biasanya dibuat dengan atraktif dan sangat tendensius,”ujarnya.
Kepala Sekolah SMA 93, Horale Manullang yang menjadi tuan rumah penyelenggaran acara, menyambut baik pelaksanaan convention ini. Sebagai pendidik ia juga merasa miris dengan perkembangan peredaran narkoba yang seolah sulit dibendung,“Kebijakan inner kita memandang penyalahgunaan narkoba sebagai pelanggaran berat yang berakibat siswa dikembalikan ke orang tua. Namun, dari sisi kemanusiaan kita juga harus mempertimbangkan nasib anak tersebut,” ujarnya.
Menyikapi hal ini, Manullang lebih mengedepankan adanya upaya pencegahan agar para siswa jangan sampai menyalahgunakan narkoba. Ke depan ia mengharapkan akan dapat bekerjasama dengan BNN khususnya untuk mendeteksi dini melalui pemeriksaan urine.
Sementara itu, Kepala Subdit Masyarakat BNN, Siti Alfiasih, memandang perlunya mekanisme deteksi dini pencegahan narkoba untuk menghindari ekses yang lebih berat. Pemecatan siswa yang ketahuan mengkonsumsi narkoba menurutnya justru dapat merusak masa depan sang anak,“Memang hal ini menjadi kewenangan sekolah, namun tentunya perlu pertimbangan bila ternyata masih dalam taraf coba-coba dan belum menjadi pecandu. Semua pihak yang terkait harusnya duduk bersama untuk membuat solusi dalam situasi seperti ini,” ujarnya. (pas)